Minggu, 17 Juli 2011

Rainwater Harvesting, Pelengkap Kehadiran Roof Garden

Beberapa masalah lingkungan yang yang di hadapi oleh kota besar yang padat adalah polusi udara, kekurangan air bersih dan kekurangan ruang hijau tanaman. Ide roof garden atau taman di atap sudah lama menjadi salah satu solusi untuk mengatasi masalah tersebut. Roof garden menjawab kekurangan ruang hijau di atas tanah dan sebagai filter polusi udara. Namun sangat disayangkan jika fungsi roof garden tersebut hanya berhenti sampai disitu. Fungsi roof garden terasa lebih lengkap jika memang membantu penyerapan air hujan yang mampu menghasilkan air yang akan di olah menjadi air yang kembali siap pakai minmal untuk keperluan siram menyiram termasuk untuk flushing toilet.Secara kalkulatif, 1 m2 roof garden dapat menyaring 0,2 kg debu aerosol dan partikel asap setiap tahunnya. Bahkan keberadaan roof garden dapat mengurangi suhu ruangan di bawahnya sekitar 3-4 derahat celcius sehingga diharapkan dapat menghemat listrik dari penggunaan AC sekitar 50%.

Untuk mendukung  pengolahan air hujan yang di tampung di atap diperlukan sistem rainwater harvesting. Sistem rainwater harvesting, yang prinsipnya adalah menampung air hujan dan di olah kembali menjadi siap pakai, akan membantu mengurangi limpahan air hujan yang dapat menyebabkan banjir serta membantu penghematan penggunaan air tanah. Dari sisi ekonomis secara berkelanjutan, sistem rainwater harvesting mengurangi biaya tagihan penggunaan air. Secara perhitungan umum, jika suatu kota dapat menyediakan 100.000 rumah yang menggunakan roof garden masing masing seluas 100 m2 maka kota tersebut dapat menyediakan ruang hijau untuk resapan seluas 1000 hektar. Roof garden seluas 155 m2 cukup untuk menghasilkan oksigen untuk satu orang selama 24 jam.

Sistem rianwater harvesting sudah banyak berkembang dan di kenal, sehingga sudah ada beberapa modifikasi dan varian dari sistem tersebut. Namun secara sederhana dan konvensionla, sistem rainwater harvesting sebenarnya adalah kelanjutan dari sistem roof garden. Secara sederhana sistem roof garden adalah susunan  lapisan tanah sebagai media tumbuhnya tanaman, diikuti lapisan pasir, geotextile dan kerikil atau sirtu di atas pelat beton yang sudah di lapisi waterproofing. Lapisan tanah yang digunakan ber variasi kedalaman dan bebannya tergantung jenis tanaman yang akan digunakan. Dalam perkembangannya, kerikil atau sirtu bisa diganti lapisan membran lain yang bisa mengurangi beban berat dari kerikil ataupun sirtu tersebut. Sudah banyak beredar teknologi membran pengganti sirtu tersebut. Selanjutnya hasil resapan dari roof garden di saurkan ke dalam tanki yang fungsinya untuk menampung air sebelum mengalami filterisasi atau pengolahan sederhana melalui media pasir. Setelah mengalami proses sedimentasi air hasil olahan akan  di pompa ke dalam penampungan air bersih untuk menjadi sumber air yang akan digunakan untuk keperluan siram menyiram. Di dalam tanki pengolahan, air juga akan mengalami proses saringan yang memisahkan partikel pasir dan tanah yang terkandung dalam air. Sebenarnya sudah ada teknologi filterisasi yang mampu mengolah air tersebut menjadi siap minum. Namun secara psikologis, masih banyak orang yang belum berani meminum langsung air hasil filterisasi tersebut.


Jika teknologi rainwater harvesting bisa diterapkan di rumah rumah dengan teknologi sederhana dan murah maka akan penggunaan air tanah bisa dikurangi dan siklus penggunaan air juga akan lebih hemat, mengurangi banyaknya air yang terbuang sia sia. Di beberapa negara Afrika sejak tahun 1970-n sudah dikembangkan teknologi sederhana dan konvensional untuk rainwater harvesting yang bisa di buat oleh tukang tukang biasa. Cara cara yang lebih sederhana dan murah akan memudahkan pemasalan sistem pengolahan air limpahan hujan sehingga membantu perbaikan lingkungan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar